Minggu, 08 Februari 2015

Say NO !! to Valentine's Day



  
Bulan Februari adalah bulan yang oleh kebanyakan kaum muda/remaja nantikan, baik di negeri ini maupun di berbagai belahan bumi lainnya.Tepatnya pada tanggal 14 Februari “Valentine’s Day”  mereka merayakannya dengan berbagai macam cara dan acara baik bertukar bingkisan , menghadiahkan bunga, menawarkan permen ,semarak warna pink, ucapan rasa kasih sayang, ungkapan cinta dengan berbagai ekspresi, menyemarakkan suasana Valentine bahkan tidak jarang yang menyalah gunakannya dengan maaf* pesta seks. Na’udzu billah. Mirisnya perayaan hari valentine pun ikut mendapatkan sambutan hangat dinegri kita yang mayoritas muslim terutama dari kalangan remaja ABG .

Sejarah Singkat Valentine's Day
  Hari Valentine ini sekarang diasosiasikan dengan para pencinta yang saling bertukar kartu ucapan dalam bentuk "valentines". Simbol modern Valentine antara lain termasuk sebuah kartu berbentuk hati dan gambar sebuah Cupido (Inggris: cupid) bersayap yang mulai marak pada  abad ke-19. Valentine’s Day menurut literatur sejarahnya berasal dari upacara ritual agama Romawi kuno. Adalah Paus Gelasius I pada tahun 496 yang memasukkan upacara ritual Romawi kuno ke dalam agama Nasrani, sehingga sejak itu secara resmi agama Nasrani memiliki hari raya baru yang bernama Valentine’s Day.
The Encyclopedia Britania, vol. 12, sub judul: Chistianity, menuliskan penjelasan sebagai berikut: “Agar lebih mendekatkan lagi kepada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara Romawi Kuno ini menjadi hari perayaan gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari (The World Encylopedia 1998).
Keterangan ini menjelaskan kepada kita, bahwa perayaan hari valentine itu berasal dari ritual agama Nasrani secara resmi. Dan sumber utamanya berasal dari ritual Romawi kuno. Sementara di dalam tatanan aqidah Islam, seorang muslim diharamkan ikut merayakan hari besar pemeluk agama lain, baik agama Nasrani ataupun agama paganis (penyembah berhala) dari Romawi kuno.
"... Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.” (QS. Al-Kafirun: 5-6)

Ken Swiger dalam artikelnya “Should Biblical Christians Observe It?” mengatakan, “Kata “Valentine” berasal dari bahasa Latin yang berarti, “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Maha Kuasa”. Kata ini ditunjukan kepada Nimroe dan Lupercus, tuhan orang Romawi”.
Disadari atau tidak ketika kita meminta orang menjadi “to be my Valentine”, berarti sama dengan kita meminta orang menjadi “Sang Maha Kuasa”. Jelas perbuatan ini merupakan kesyirikan yang besar, menyamakan makhluk dengan Sang Khalik, menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala. Icon si “Cupid (bayi bersayap dengan panah)” itu adalah putra Nimrod “the hunter” dewa matahari. Padahal atribut dan aksesoris hari valentine sulit dilepaskan dari urusan dewa cinta ini.Walhasil, semangat Valentine ini tidak lain adalah semangat yang bertabur dengan simbol-simbol syirik yang hanya akan membawa pelakunya masuk neraka, naudzu billahi min zalik. Kalau dibanding dengan perayaan natal, sebenarnya nyaris tidak ada bedanya. Natal dan Valentine sama-sama sebuah ritual agama milik umat Kristiani. Sehingga seharusnya pihak MUI pun mengharamkan perayaan Valentine ini sebagaimana haramnya pelaksanaan Natal bersama. Mengingat bahwa masalah ini bukan semata-mata budaya, melainkan terkait dengan masalah aqidah, di mana umat Islam diharamkan merayakan ritual agama dan hari besar agama lain.
 
Semangat Valentine adalah Semangat Berzina
  Perayaan Valentine’s Day di masa sekarang ini mengalami pergeseran sikap dan semangat. Kalau di masa Romawi, sangat terkait erat dengan dunia para dewa dan mitologi sesat, kemudian di masa Kristen dijadikan bagian dari simbol perayaan hari agama, maka di masa sekarang ini identik dengan pergaulan bebas muda-mudi. Mulai dari yang paling sederhana seperti pesta, kencan, bertukar hadiah hingga penghalalan praktek zina secara legal. Semua dengan mengatasnamakan semangat cinta kasih. Padahal kasih sayang yang dimaksud adalah zina yang diharamkan. Orang barat memang tidak bisa membedakan antara cinta dan zina. Ungkapan make love yang artinya bercinta, seharusnya sedekar cinta yang terkait dengan perasan dan hati, tetapi setiap kita tahu bahwa makna make love atau bercinta adalah maaf*melakukan hubungan kelamin alias zina. Buat orang barat, berzina memang salah satu bentuk pengungkapan rasa kasih sayang. Bahkan berzina di sana merupakan hak asasi yang dilindungi undang-undang.Di barat, zina dilakukan oleh siapa saja.
"Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk".(QS Al Isra’: 32)
 “Barangsiapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut(HR. At-Tirmidzi)”

Ibnu Qayyim al-Jauziyah berkata: Memberikan ucapan selamat terhadap acara ritual orang kafir yang khusus bagi mereka, telah disepakati bahwa perbuatan tersebut HARAM. Mengapa ? karena berarti ia telah memberi selamat atas perbuatan mereka yang menyekutukan Allah SWT.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar